Selasa, 19 Oktober 2010

KEMATIAN KEDUA

by : Wenny Rosalia Kusumawardani


Apa yang terlintas di pikiran dan apa yang anda rasakan ketika mendengar kata “KEMATIAN”?  
Kata “takut” mungkin merupakan salah satu yang langsung terlintas di pikiran kita. Takut karena tidak  tahu bagaimana situasi nanti ketika kita sudah mati, seperti apakah situasinya saat-saat sakratul maut, atau  mungkin  menuju ke manakah kita setelah mati, bahkan terbersit pertanyaan seperti apakah tempat yang bernama “surga” dan “neraka” , yang mana banyak disebutkan sebagai tempat tujuan kita setelah kematian.
Berbagai pendekatan otomatis akan menghasilkan berbagai pengertian dan definisi. Secara sederhana, seperti yang pernah saya baca sebelumnya, definisi kematian adalah suatu kondisi dimana lepasnya jiwa/roh dari badan/tubuh fisik. Bisa di artikan kematian adalah ketika tubuh mahkluk hidup (manusia dan hewan) sudah tidak bernyawa lagi, yang ditandai dengan berhentinya detak jantung (dalam dunia kedokteran).
Namun Mitch Albom dalam karyanya  Have a Little Faith memperkenalkan istilah KEMATIAN KEDUA.  Nah munculah pertanyaan “apa beda dengan definisi pada umumnya” atau “jika ini kematian kedua, berarti ada kematian pertama”.
Dalam bukunya tersebut,  Micth menyebutkan bahwa kematian kedua bukan merujuk pada kematian secara fisik, namun lebih kepada “kematian secara sosial” dimana kondisinya  adalah ketika seorang manusia yang telah mengalami kematian fisik kemudian dilupakan orang-orang di sekitarnya. Dalam bukunya tersebut di sebutkan pula, ternyata kita  yang  saat  ini masih menghirup nafas kehidupan sangat takut dan sangat berat jika membayangkan kematian kedua terjadi pada kita nantinya.
Secara tidak sadar kematian kedua sebenarnya telah terjadi pada diri kita maupun keluarga kita masing-masing, bahkan realita yang ada adalah kematian kedua itu terjadi sebelum kematian secara fisik kita alami. Pernahkah Anda mengenal  hanya sekedar nama nenek atau kakek buyut Anda? Jangankan buyut, apakah kita masih mengingat seluruh nama dari saudara-sudara kita yang pernah kita kenal sebelumnya? Saya yakin pasti banyak juga dari kita yang lupa bahkan tidak tahu nama saudara kita sendiri. Atau mungkin teman lama yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bertemu, masih ingatkah kita akan nama mereka?
Pernahkah pula anda mendengar cerita atau mungkin melihat sendiri seorang kakek atau nenek yang berada dipanti jompo tidak pernah sama sekali dikunjungi oleh keluarganya. Kalau Anda boleh menebak bagaimana kira-kira kondisinya? Atau bayangkan bagaimana perasaan Anda jika itu terjadi pada diri Anda sendiri?
Suatu saat pernah saya terlintas berpikir, nanti ketika saya sudah meninggal, apakah keluarga dan teman-teman saya tetap mengingat dan mengenang saya? Saat itu saya langsung berpikir, “ah saya terlalu berlebihan membayangkan tentang kematian”. Namun setelah membaca buku karya Micth Albom ini saya tersadar bahwa ternyata apa yang saya bayangkan saat  itu ternyata bukanlah suatu hal yang berlebihan, tapi kekhawatiran yang wajar dimiliki oleh kita yang notabene adalah seorang mahkluk sosial. Lalu apa yang menyebabkan seseorang bisa merasa ketakutan seperti itu?
Dalam ilmu Psikologi, seorang tokoh bernama Abraham Maslow melihat bahwa manusia mempunyai 5 kebutuhan dasar dalam hidupnya yang penting untuk dipenuhi, salah satunya adalah need of belonging and love. Kebutuhan ini diyakini terus penting sepanjang hayat seseorang. Dicintai dan diterima adalah jalan menuju perasaan yang sehat dan berharga, dan sebaliknya tanpa cinta menimbulkan kesia-siaan, kekosongan dan kemarahan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Bisa dikatakan pula seseorang dalam hidupnya membutuhkan intimacy dari relasi yang dia bangun dengan orang lain disekitarnya, bukan hanya sekedar kenal dari nama saja namun lebih dari itu, yaitu perasaan dekat secara emosi dengan orang-orang sekitarnya, terutama dengan keluarga.
Keinginan untuk terus dikenang, diingat adalah salah satu cerminan bahwa seseorang punya kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan dimiliki. Dengan dia diingat dan dikenang oleh orang-orang disekitarnya inilah, baik oleh keluarganya, sahabat maupun teman-temannya menjadi bukti bahwa dirinya dicintai dan diterima oleh orang disekitarnya,diterima oleh lingkungannya,  dan efeknya adalah  menimbulkan perasaan bahwa dirinya berharga di mata orang lain. Inilah yang kemudian mampu menaikkan harga dirinya sebagai seorang manusia, lebih lanjut  perasaan tersebut dapat membantu seseorang dalam memaknai eksistensinya sebagai seorang pribadi di tengah masyarakat.
Sebenarnya bisa dikatakan cara mengatasi ketakutan dan menghindari “kematian kedua” tidak semudah kita membalikkan telapak tangan. Salah satu caranya  yaitu yang terutama adalah dengan membangun intimacy dengan keluarga. Keluarga bagaimana pun juga adalah tempat kita berasal. Sekalipun seseorang tidak diterima lagi atau ditolak oleh lingkungan sekitarnya, dalam artian oleh sahabat/teman-teman atau orang lain, maka keluargalah (terutama orang tua) satu-satunya yang bisa menerimanya tanpa syarat. Lalu bagaimanakah sikap kita dengan orang tua kita? Cukup baikkah kita membangun dan menjaga intimacy dengan orang tua kita? Relakah apabila “kematian kedua” menimpa diri kita?
Semoga tulisan ini bisa membantu  untuk menjadi  bahan refleksi bagi kita masing-masing betapa berharganya nilai dan efek sebuah intimacy, baik itu dengan keluarga, dengan pasangan kita, dengan saudara, dengan teman dan sahabat, dengan rekan kerja kita, bahkan mungkin dengan orang yang pernah berkonflik dengan kita. Semoga Tuhan kiranya selalu menjaga kita dan orang-orang yang kita cintai. Amin

Ketika mereka mengenangku aku terus hidup, ketika mereka berdoa untukku aku terus hidup, karena keberadaanku lah maka aku pun berharga.

Jumat, 08 Oktober 2010

KESEMPURNAAN SEBUAH KEHIDUPAN


Dalam kisah penciptaan, diceritakan Allah menciptakan BUMI dan ALAM SEMESTA dengan begitu sempurna dan indah adanya
Keduanya terikat satu sama lain
Bumi adalah sumber hidup mahkluk hidup …
Bumi menjaga kelangsungan kehidupan bagi mahkluk hidupnya…
Tanpa bumi tak ada tempat asal air, tak ada tanah tempat tanaman tumbuh, tak ada tempat hewan dan manusia untuk berpijak….
Jika tidak ada air, tidak akan ada uapan air yang berubah menjadi hujan ,
Jika tidak ada hujan bumi akan kembali kering dan akhirnya tidak akan ada tanda-tanda kehidupan di bumi….
Dan saat itu KEHIDUPAN dikatakan mati
Agar tidak mati, Bumi membutuhkan ALAM SEMESTA…

Dari seorang wanita lah kita lahir dan merasakan nafas kehidupan
Dari wanitalah kita mendapatkan air kehidupan pertama kita di dunia, dan dari tangan wanita lah kita bisa benar-benar hidup secara sempurna…
Maka seorang  WANITA  itu layaknya Bumi …
Bumi seperti  magnet  bagi seluruh unsur-unsur kehidupan.
Dan segala sesuatu akan bergantung dan kembali kepada bumi.
Bukan berarti Bumi adalah adalah segala-galanya, bukan berarti bumi tak butuh unsur lain.
Maka Wanita tetaplah membutuhkan MATAHARI, BULAN DAN BINTANGnya…
Tanpa matahari, bumi tidak bisa menumbuhkan tanamannya…
Tak kan terjadi hujan yang memberikan suntikan kehidupan seluruh mahkluk di bumi
Tanpa bulan dan bintang, bumi tidak akan menjadi semarak karenanya…
Laki-laki lah yang menjadi Alam semesta seorang wanita
Laki-lakilah yang menjaga buminya tetap hidup, laki-laki pulalah yang mematangkan benih kehidupan dalam tubuh Bumi, Laki-laki yang membuat kehidupan seorang wanita lebih semarak..

Namun Alam semesta pun ternyata juga bukan yang paling utama
Tanpa BUMI pula, tak ada alasan mengapa ALAM SEMESTA  diciptakan
Tanpa seorang Wanita, tak akan mampu seorang laki-laki memaknai keberadaannya…
Dan ketika Allah pun mengambil tulang rusuk Laki-laki untuk mencarikan teman untuk dirinya…
Allah menugasi laki-laki itu membantu wanitanya dan melindunginya, karena itulah salah satu yang menjadi alasan dia diciptakanNYA….
Sejak awal Allah mengingatkan kita ,WANITA-LAKI LAKI, tak ada yang lebih rendah atau pun lebih tinggi …
Berdua akan secara bersama-sama menjadi duta kehidupan..
Bersama-sama menciptakan Kesempurnaan sebuah Kehidupan
Layaknya BUMI dan ALAM SEMESTA yang saling menunjang keberadaan masing-masing, untuk menyerupai serupa penciptanya….yaitu dalam hal…
KESEMPURNAAN….
Karenanya Kesempurnaan Adalah Saat Dimana Kita Mampu Melengkapi Satu Sama Lain

PUISI ROMO

by: Arswendo Atmowiloto

aku mendamba Romo yang penuh kasih
- bukan yang pilih kasih
aku mendamba Romo yang bajunya kadang kekecilan, kadang kegedean
itu berarti pemberian umat
sebagai tanda cinta, tanda hormat

aku mendamba Romo, yang galak tapi sumanak
KAKU PADA DOGMA, TAPI LUCU KALA CANDA
yang lebih sering memegang rosario
dibandingkan bb warna hijau
aku mendamba Romo yang lebih banyak mendengar
dibandingkan berujar

aku mendamba Romo yang menampung air mataku
- tanpa ikut menangisi
yang mengubah putus asa menjadi harapan
yang MENGAJARKAN RITUAL SEKALIGUS SPIRITUAL

duuuuh, damba dan inginku banyak, banyak sekali
tapi aku percaya tetap terpenuhi
karena Romoku mau dan mampu selalu memberi
- inilah damba dan doaku, Romoku

eee, masih ada satu lagi
SEKALI MENGENAKAN JUBAH, JANGAN BERUBAH
jangan pernah mengubah, walau godaan mewabah
bahkan sampai ada laut terbelah
kenakan terus jubahmu
itulah khotbah yang hidup
agar aku bisa menjamah
seperti perempuan Samaria pada Yesus Allah Tuhanku

aku mendamba Romo yang menatapku kalem
bersuara adem
"Berkah Dalem ..."