Rabu, 18 Mei 2011

APA KATA DUNIA?!
Oleh Wenny Rosalia Kusumawardani

        Ada hal yang tiba-tiba menggelitik saya. Padahal berulang kali sebenarnya saya menemukan kejadian semacam ini, namun kejadian malam ini entah kenapa membuat saya penasaran. Awal cerita saya memutuskan untuk segera menyudahi pertumpahan darah untuk rambut saya dan memotongnya di sebuah salon langganan di Surabaya. Dan si empunya salon adalah seorang laki-laki, karena salon tersebut kebetulan menerima untuk klien pria dan wanita.
Bukan pemandangan yang aneh, karena sebenarnya saat ini saat jamannya ”emansipasi pria” (istilah saya sendiri menyaingi istilah emansipasi wanita.red), di mana di wilayah yang notabene lebih dekat dengan dunia wanita, saat ini di warnai oleh kaum adam. Sebut saja seperti misalnya hairdresser, koki, taylor dan masih banyak lagi, yang ternyata dalam profesinya mereka tidak kalah canggih dengan kaum hawa.
Dan tak tertahankan rasa penasaran ini, hingga akhirnya keluarlah pertanyaan yang tertuju pada salah seorang pria berumur 25an yang saat itu sedang melayani dengan saya.
Mas dah lama kerja di sini? Gak malu ta kerja di salon? Salon bukan tempat yang pas untuk cowok kan”.
Takut menyinggung saya tak lupa mengucapkan maaf kepadanya. Dan di luar dugaan dia malah tersenyum dan dengan entengnya menjawab..
Walah Mbak yang penting kerja halal, ndak menyalahi aturan, saya gak nyuri, saya ya bener-bener kerja di sini, lagian saya senang dengan pekerjaan ini, lalu buat apa saya malu
Wow...jawaban sederhana yang membuat saya langsung tak berkutik sama sekali untuk berkomentar lebih lanjut. Benar benar saya skakmat saat itu. Sial batin saya, malah saya yang merasa malu dan menyesal karena telah melontarkan pertanyaan tersebut.
Sebenarnya ada dua hal yang bisa kita artikan dari jawaban tersebut. Pertama orang tersebut terpaksa untuk mengambil pekerjaan tersebut, karena di desak kebutuhan ekonomi. Dan yang kedua karena itu adalah bidang dia untuk menyalurkan kemampuannya. Entah kemungkinan pertama atau kedua atau malah keduanya yang melatarbelakangi pria tersebut memutuskan bekerja di sebuah salon. Namun alasan kedualah yang kemudian menggugah saya untuk menuliskan artikel ini. Yah alasan bekerja untuk menyalurkan kemampuan yang dimilikinya.
Allah menciptakan manusia indah adanya. Dalam injil pun dikatakan Allah menciptakan manusia menurut citraNya. Setiap dari kita dilahirkan dengan dibekali potensi masing-masing. Setiap orang punya keunikan masing-masing. Dimana potensi yang dimiliki seseorang belum tentu juga dimiliki oleh orang lain. Dan sudah selayak dan sepantasnya kita menggunakan dan mengembangkan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kita. Karena kita masing-masing telah dibekali akal pikiran dan budi, maka cara manusia untuk mengembangkan potensi yang ada pun juga berbeda-beda.
Sewajarnya setiap orang bisa dikatakan sebagai manusia unggul jika telah mengembangkan potensinya. Dia bisa mengaktualisasikan dirinya lewat apa yang dimilikinya dan mengembangkannya. Celakanya tidak semua orang berbuat demikian. Terkadang karena takut dinilai yang aneh, nyleneh, atau tak wajar dan akhirnya mereka menyia-nyiakan potensi dan kesempatan yang ada. Mereka seakan lebih takut dikomentari ”APA KATA DUNIA?” yang mempunyai konotasi penilaian negatif dari orang sekitar.
Sebut saja bagi para pria yang bergelut di dunia fashion design, hair stylist banyak dari mereka awalnya mendapatkan cibiran karena berkaitan dengan profesinya. Namun tak sedikit pula yang bebal akan cibiran tersebut dan memilih untuk mengembangkan bakatnya.
Terkadang penilaian orang sekitarlah yang menghambat kita untuk maju. ”APA KATA DUNIA” lah yang paling sering di jadikan pertimbangan seseorang untuk melakukan sesuatu dibandingkan ”APA KATA DIRIKU”. ”APA KATA DUNIA” seakan dijadikan patokan bahwa kita telah melakukan tindakan yang benar. Apakah Anda sependapat?! Yah itu kembali kepada Anda masing-masing.
Bagi saya tak ada salahnya kita mendengar ”APA KATA DIRIKU”. Terkadang hal yang nyleneh yang mengawali kita menjadi orang yang sukses. Karena dari hal yang dianggap nyleneh itu kita termotivasi untuk membuktikan bahwa sesuatu yang nyleneh tak selamanya buruk. Asalkan kenylenehan kita tidak melanggar nilai moral dan tata perilaku di masyarakat kita.
Akhir kata selamat bagi Anda yang merasa dirinya nyleneh, karena itu adalah awal kesuksesan Anda. Kembangkan itu dan buatlah dunia tak lagi sanggup berkata ” APA KATA DUNIA?!”.


Minggu, 7 Mei 2011